Fenomena Bitcoin Halving: Peluang Cuan Besar? Pertimbangkan Dulu Hal-Hal Berikut Ini!
- Vincent Jonathan Yong
- 15 Mar 2024
- 3 menit membaca
Diperbarui: 16 Mar 2024
Bitcoin kembali menjadi perbincangan hangat dengan fenomena yang dikenal sebagai "halving". Halving adalah peristiwa yang terjadi sekitar setiap empat tahun sekali, di mana terdapat pengurangan terencana sebesar 50% pada jumlah imbalan yang diberikan kepada penambang. Tanggal-tanggal halving sebelumnya adalah sebagai berikut:
28 November 2012, menjadi 25 BTC
9 Juli 2016, menjadi 12,5 BTC
11 Mei 2020, menjadi 6,25 BTC
Halving berikutnya diperkirakan akan terjadi pada bulan April 2024, ketika imbalan akan turun menjadi 3,125 BTC.

Mekanisme halving bertujuan untuk menjaga kelangkaan Bitcoin, dengan menurunkan jumlah imbalan yang diterima penambang. Menurut hukum ekonomi mengenai permintaan (demand) dan penawaran (supply), jika sesuatu semakin langka maka harganya akan naik. Memang, harga Bitcoin pada umumnya mengalami kenaikkan setelah setiap peristiwa halving di tahun-tahun sebelumnya, karena Bitcoin telah menjadi semakin "langka".
Halving dimaksudkan untuk memgatasi efek inflasi dengan meningkatkan nilai Bitcoin. Namun, perlu diketahui bahwa mekanisme "perlindungan" terhadap inflasi ini tidak dapat membuat seorang pengguna Bitcoin sepenuhnya kebal terhadap efek inflasi. Mengapa? Karena roda ekonomi tetap menggunakan mata uang fiat untuk bertransaksi. Dengan kata lain, meskipun Bitcoin sendiri mungkin terlindungi dari inflasi, namun seorang pengguna Bitcoin tetap akan merasakan efek inflasi setelah ia mengkonversi Bitcoin menjadi mata uang negaranya untuk membeli makanan, bensin, maupun membayar listrik.
Namun, pertanyaannya adalah, apa hubungannya dengan Anda sebagai seorang investor dan bagaimana kita dapat menanggapi fenomena halving secara rasional?
Pada awalnya, Bitcoin diperkenalkan sebagai metode pembayaran yang tidak membutuhkan lembaga regulasi atau pihak ketiga yang terlibat dalam sebuah transaksi. Namun, rasanya kurang tepat jika kita menganggap tujuan utama Bitcoin adalah untuk menjadikannya sebuah aset investasi, sebagaimana hal ini seperti menganggap tujuan utama mata uang suatu negara bukan sebagai alat untuk bertransaksi, melainkan sebagai aset investasi (meskipun sebagian orang memang memilih untuk menyimpan mata uang tertentu untuk berjaga-jaga).
Pada hakikatnya, Bitcoin hanyalah sebuah mata uang. Berikut adalah tanggapan Aswath Damodaran, seorang dosen di NYU Stern School of Business, terhadap Bitcoin dan mata uang kripto: "The currency nobody uses, and the collectible that doesn't behave like a collectible? That part of the story hasn't changed." "Mata uang yang tidak digunakan oleh siapa pun, dan barang koleksi yang tidak berperilaku seperti barang koleksi? Bagian cerita itu tidak berubah." Jadi, mata uang kripto merupakan investasi atau spekulasi? Masing-masing dari kita dapat menentukannya berdasarkan definisi dari kedua hal tersebut, seperti yang pernah dibahas di sini.
Di tengah euforia atas halving yang berpotensi menawarkan keuntungan besar, pertanyaan penting yang harus diajukan adalah: Apakah Anda bersedia menempatkan setidaknya 5% dari kekayaan Anda dalam taruhan tersebut?
Jika Anda kurang bersedia untuk menempatkan setidaknya 5% dari kekayaan Anda di dalam Bitcoin, maka seharusnya Anda tidak berurusan dengan taruhan tersebut.
Untuk memberikan contoh aritmatika sederhana, bayangkan Anda memiliki kekayaan bersih sebesar Rp 1 miliar. Jika Anda memiliki keyakinan besar dengan potensi Bitcoin untuk berkembang, Anda akan bersedia menempatkan paling sedikit Rp 50 juta di Bitcoin. Seandainya harga Bitcoin naik sebanyak 100% dari harga beli Anda, maka Anda akan mendapatkan keuntungan sebesar 5% untuk seluruh kekayaan Anda.
Bila menempatkan 5% kekayaan Anda di Bitcoin pada saat ini pun sudah terasa berat, mengapa tidak tempatkan uang Anda di obligasi pemerintah saja yang kini menawarkan bunga di atas 6% dengan tingkat kepastian yang lebih baik?
Jika kita begitu yakin bahwa kita akan menghasilkan keuntungan besar dari sebuah aset, lantas mengapa kita tidak bersedia mempertaruhkan sejumlah uang yang memadai untuk membantu meningkatkan imbal hasil portofolio Anda? Bukankah itu berarti Anda bertentangan dengan pendapat Anda sendiri?
Ketika berbicara tentang keputusan investasi maupun spekulasi, data menjadi kunci. Keyakinan kita harus didasarkan pada hasil analisis yang matang. Jangan biarkan diri kita terombang-ambing oleh euforia pasar atau opini orang lain. Saya pribadi tidak memegang mata uang kripto, dan hingga saat ini belum mendapatkan hasil analisis yang mendorong saya untuk membelinya. Namun, saya tidak menganggap mata uang kripto maupun peristiwa Bitcoin halving sebagai fenomena yang tidak layak diperhatikan. Bagaimana peristiwa halving memengaruhi pandanganmu terhadap Bitcoin?
Commenti