Disebut "dibantai asing", apakah sudah tidak layak berinvestasi di BEI?
- Vincent Jonathan Yong
- 12 Sep 2024
- 1 menit membaca
Ekonomi Indonesia cenderung bersifat siklikal, terutama karena banyaknya jumlah perusahaan di BEI yang bergerak di sektor komoditas seperti minyak sawit, batu bara, dan nikel. Siklus komoditas ini menyebabkan pasar saham Indonesia terkesan sangat volatil bagi smart moneyĀ asing yang terbiasa dengan fluktuasi pasar yang relatif lebih stabil.

Kinerja pasar milik negara berkembang seperti Indonesia terikat dengan kinerja pasar negara maju seperti Amerika Serikat. Meskipun prospek pertumbuhan domestik tetap positif, penurunan pada ekonomi di AS atau negara maju lainnya, seperti kenaikan suku bunga atau gangguan perdagangan, memiliki dampak signifikan pada pasar modal Indonesia.
Tidak ada yang dapat memprediksiĀ apa yang akan terjadi besok, apalagi setahun ke depan. Maka investor tidak perlu mencoba timing the market. Mereka mengandalkan penyelarasan harga saham dengan nilai fundamental perusahaan, sehingga bahkan dalam pasar yang volatil atau sedang menurun, kesabaran pada akhirnya akan memberikan imbalan bagi para investor.
Konsep margin of safety sangat penting dalam investasi dan menjadi kunci untuk bertahan di pasar negara berkembang yang dianggap āvolatilā seperti Indonesia. Mengingat lingkungan ekonomi yang tidak dapat diprediksi dan siklus sektor utama di negara ini, investor dapat fokus pada pembelian saham yang jauh di bawah nilai intrinsiknya untuk mengurangi risiko permanent capital loss (hangusnya modal awal).
Memang, kita belum tahu cara mutlak untuk memprediksi kapan nilai perusahaan akan mulai dicerminkan pada harga pasarnya, dan mungkin tidak akan pernah tahu. Namun, dengan berinvestasi pada perusahaan yang dibanderol jauh di bawah nilai sejatinya, investor di Indonesia dapat āmelindungiā diri dari berbagai ketidakpastian di pasar Indonesia yang āvolatilā.
Comments