top of page

8 Prinsip Investasi di Tengah Ketidakpastian Ekonomi Global

  • Gambar penulis: Vincent Jonathan Yong
    Vincent Jonathan Yong
  • 24 Nov
  • 3 menit membaca

Diperbarui: 25 Nov

bricks
Sebab siapakah di antara kamu yang kalau mau mendirikan sebuah menara tidak duduk dahulu membuat anggaran biayanya, kalau-kalau cukup uangnya untuk menyelesaikan pekerjaan itu? Supaya jikalau ia sudah meletakkan dasarnya dan tidak dapat menyelesaikannya, jangan-jangan semua orang yang melihatnya, mengejek dia, sambil berkata: Orang itu mulai mendirikan, tetapi ia tidak sanggup menyelesaikannya. (Lukas 14:28-30)

Memasuki Q4 2025, pasar dunia terus bergeser mengikuti perubahan kebijakan AS, dari keputusan suku bunga hingga regulasi perdagangan. Volatilitas yang selalu datang tanpa peringatan menguji satu hal: apakah seorang investor berpegang pada prinsip atau hanya diombang-ambing badai pasar. Karena itu, saya ingin meninjau ulang prinsip-prinsip investasi saya yang tetap relevan, bahkan di tengah resesi.


  1. Hindari timing the market. Fakta bahwa Berkshire Hathaway telah menyisihkan sekitar 30% asetnya dalam bentuk kas bukanlah sinyal bagi investor untuk keluar dari pasar. Dengan penelitian yang meluas dan mendalam, mungkin sebagian orang seperti Ray Dalio dapat mengerti arah ekonomi secara keseluruhan, tetapi hampir mustahil bagi siapapun, termasuk Dalio, untuk menebak kapan koreksi besar akan terjadi. Simpanlah kas secukupnya untuk menjaga psikologi Anda agar tetap bertahan di pasar dalam jangka panjang. Namun, jika Anda bahkan ragu menempatkan 10% kekayaan di pasar saham hari ini, pasar saham memang bukan tempat yang tepat untuk Anda. Ini bukanlah hal buruk, karena Anda mungkin dapat berkembang lebih baik melalui aset lain di luar saham.


  2. Atasi risiko hiperinflasi. Saya ingin meminjam dari pendekatan investasi Fundsmith oleh Terry Smith, untuk mengatasi risiko hiperinflasi: (1) Buy good companies, (2) Don't overpay, and (3) Do nothing. Ironisnya, langkah ke-3 adalah yang paling sulit dilakukan. (Baca lebih lanjut mengenai gejala short-termism di sini.) Jika kita benar-benar telah melakukan langkah ke-1 dan ke-2, maka bersiaplah melakukan langkah ke-3 dengan rentang waktu 3 tahun hingga 30 tahun. Seperti yang pernah dikatakan Phil Fisher, "I want very, very big profits that I'm ready to wait for."


  3. Carilah terlebih dahulu perusahaan terbaik dunia. Dalam prinsip pertama Fundsmith, "good company" merujuk pada bisnis yang berkualitas tinggi, yakni perusahaan dengan profitabilitas kuat, pertumbuhan yang konsisten, dan keunggulan kompetitif yang sulit ditiru. Mempelajari perusahaan-perusahaan kelas dunia (world-leading companies) adalah langkah awal yang baik, karena para pemenang cenderung terus menang (pada umumnya, winners keep winning; losers keep losing). Siapa tahu? Pada suatu waktu, seperti panic selling yang terjadi pada April tahun ini, perusahaan-perusahaan terbaik dunia dapat menawarkan peluang langka.


  4. Jika memungkinkan, sisihkan kas. Bukan karena kita takut akan terjadinya market crash, tetapi karena jika koreksi besar benar terjadi, kita memiliki amunisi untuk membeli good companies pada harga obral. Seorang investor pernah berkata, "Cash is like oxygen: when you don’t need it, you don’t notice it. But when you do need it, it's the only thing you need."


  5. Kenali batas pengetahuan Anda. Sering kali, seorang investor hanya baru membaca beberapa artikel mengenai LLM dan merasa telah cukup menguasai pengetahuan di bidang AI. Jika keterbatasan pengetahuan dapat menggerus kekayaan, maka ketidaksadaran terhadap keterbatasan tersebut jauh lebih berbahaya. Tentu saja, tidak seorang pun yang dapat mengetahui segalanya. Investor yang bijaksana adalah dia yang dapat mengetahui apa yang belum dipahaminya.


  6. Kembangkan pengetahuan sepanjang hidup. Kini pengetahuan dapat di-akses dengan mudah, murah dan cepat. Bacalah buku yang relevan dan berbobot. Tonton atau dengarkan analis yang kredibel, bukan sekadar influencer. Berbincanglah dengan profesional yang benar-benar menguasai bidangnya. Meningkatkan pengetahuan bukan soal kemampuan, hanya soal apakah Anda benar-benar akan melakukannya.


  7. Berpikirlah secara mandiri. Mengikuti kerumunan memang terasa lebih aman dibanding berjalan sendirian. Namun, dalam perjalanan investasi, sikap ikut-ikutan berarti memberikan nasib kekayaan Anda sendiri kepada orang lain. Howard Marks merangkumnya dengan tepat: "If your behavior is conventional, you’re likely to get conventional results – either good or bad. Only if your behavior is unconventional is your performance likely to be unconventional, and only if your judgments are superior is your performance likely to be above average."


  8. Rela membuang ide "terbaik" Anda. Setelah Anda menggali data, membaca laporan, dan membangun sebuah tesis, selalu ada kemungkinan bahwa perkembangan baru menunjukkan perusahaan itu tidak sebagus yang Anda kira. Banyak investor rugi bukan karena kurang peluang, tetapi karena menolak menerima bahwa tesis awal mereka keliru. Jika faktanya berubah, keputusan kita harus ikut berubah. Buang ide itu. Live to fight another day. Ego tidak relevan, karena pasar tidak peduli dengan perasaan Anda.

Kedelapan prinsip di atas merupakan titik awal yang kuat, tetapi bukan segalanya. Pasar keuangan adalah sistem adaptif yang kompleks, sehingga tidak mungkin dibatasi oleh delapan prinsip saja. Justru karena itu perjalanan investasi menjadi menarik, dimana setiap investor selalu memiliki ruang untuk bertumbuh dan menyempurnakan prinsipnya seiring waktu. "Stay hungry, stay foolish." (Steve Jobs)

Komentar


Subscribe • Don’t miss out!

Terima Kasih

Questions?

© 2023 by Asimetris. Powered and secured by Wix

bottom of page