Trading dan Investasi, Mana yang Lebih Baik?

Epidemi "Short-Termism"

Saat ini, ada tren global di mana investor semakin sering menjual saham dalam periode yang semakin singkat, didorong oleh keinginan untuk mendapatkan keuntungan secepat mungkin.

Contohnya, pada tahun 2016, investor di Indonesia berharap mendapatkan imbal hasil tinggi sebesar 12% per tahun. Namun, mereka hanya menahan investasi rata-rata 2,3 tahun. Ini merupakan salah satu periode terpendek di dunia menurut laporan The Jakarta Post.

Bukan berarti trading yang sifatnya jangka pendek lebih buruk dari investasi jangka panjang. Namun, ada ironi ketika seorang "investor" hanya berniat memegang saham beberapa bulan saja (kurang dari setahun).

Penting untuk tahu apa yang sedang Anda lakukan. Banyak yang sering keliru, mereka menganggap dirinya investor padahal mereka bersikap seperti trader, begitu pula sebaliknya. Sekali lagi, ketahuilah benar-benar apa yang sedang Anda lakukan. Untuk mengetahui pandangan mentor Buffett mengenai definisi spekulasi, klik di sini.

Berikut argumen saya tentang Trading vs. Investasi.

Catatan Penting: Meski perbandingan profit antara swing trading dan investasi jangka panjang masih diperdebatkan, banyak studi menunjukkan bahwa day trading sering kali merugikan.

Pertama, seorang investor tidak dapat menganggap semua trader itu sama seperti seorang day trader. Ada banyak jenis trading seperti swing trading, position trading, dan momentum trading, yang menawarkan tingkat keamanan lebih tinggi dibanding day trading.

Namun, trader juga harus sadar bahwa setiap jenis trading tersebut memiliki tingkat spekulasi tersendiri. Misalnya, swing trading yang dilakukan dalam jangka waktu lebih singkat memerlukan keputusan dengan tingkat spekulasi yang lebih tinggi dibanding position trading.

Kedua, apapun strategi yang Anda pilih, baik trading maupun investasi, Anda perlu memiliki ketiga hal berikut ini:

1. Pendekatan sistematis.

2. (1) menghasilkan keuntungan yang cukup konsisten, atau dapat membantu mengurangi risiko kerugian.

3. (1) akan berdampak pada (2) dengan pola yang "relatif" dapat diprediksi. Artinya, ada probabilitas lebih dari 50% bahwa (1) akan mengarah pada (2). Ini sebabnya saya gunakan istilah "relatif", karena tidak ada sistem yang 100% berhasil sepanjang waktu (kemungkinan 60% saja sudah merupakan hal yang luar biasa).

Dengan pemahaman-pemahaman di atas ini, kita baru dapat memilih antara jalur investasi atau trading.

Trading

• Tujuan: Sumber pendapatan utama atau tambahan.

• Metode: Memanfaatkan peluang dalam beberapa tahun, bulan, minggu, atau bahkan detik.

• Experience: Seperti surfing, seru dan bikin ketagihan, apalagi kalau sudah ahli. Bisa jadi Anda terlihat keren juga (kita bicara tentang trading).

• Jarang: Membeli saham yang tidak liquid.

• Biaya: Dapat menjadi cukup tinggi karena banyak biaya transaksi dan broker.

Investasi

• Tujuan: Menjaga dan menumbuhkan kekayaan keluarga.

• Fokus: Memiliki bisnis yang berkualitas dengan valuasi yang baik selama fundamentalnya serta prospek ke depannya masih bagus.

• Experience: Seperti melihat rumput tumbuh (alias membosankan). Tapi Anda bisa membiarkan "rumput" itu tumbuh dengan sendirinya sambil mengerjakan hal lain yang lebih seru (seperti surfing?).

• Jarang: Menggunakan margin.

• Biaya: Biaya transaksi dan broker relatif rendah dibandingkan trading.

Jadi... Mana yang Lebih Baik?

Membandingkan trading dan investasi sama saja seperti memilih mana yang lebih enak: nasi goreng pedas atau hamburger?

Trading maupun investasi dapat membantu dalam pertumbuhan finansial kita, tetapi pengalaman dan hasilnya tergantung pada tiga hal penting yang justru tidak berasal dari pasar modal, melainkan dari diri Anda sendiri:

• Temperamen.

• Preferensi pribadi.

• Keinginan untuk belajar.

Jika Anda menemukan studi yang membuktikan bahwa trading lebih menguntungkan dibandingkan investasi, tolong bagikan! Saya juga masih ingin terus mempelajarinya.